“Bekasi, seperti apakah wajahmu?”
Karena kesibukan aktivitas kuliah, Saya belum sempat menulis cerita indah Saya ketika bertemu banyak teman baru di sebuah kota bernama Bekasi. Meskipun sudah lebih sebulan yang lalu acara Amprokan Blogger ini diselenggarakan, tapi semua kenangannya masih tersimpan rapi di harddisk berkapasitas unlimited yang melekat di kepala Saya. Sebelum saya berangkat dari Madura ke Bekasi, yang terlintas di pikiran Saya, Bekasi hanya kota kecil pinggiran Jakarta yang penuh dengan sampah, kotor dan kalah dengan gemerlap Ibukota Jakarta. Pertanyaan itu selalu muncul sepanjang perjalanan di atas Kereta Api Gumarang.
Setibanya di Bekasi, Mall – mall pencakar langit yang berjejer seolah mengucapkan “selamat datang di Bekasi” untuk seseorang yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Bekasi. Roda mobil terus berputar, seperti pikiran Saya yang membandingkan kota tempat Saya tinggal dengan Kota Bekasi, sambil sedikit berharap kapan kota Saya seperti ini. Seribu pertanyaan di atas kereta sedikit demi sedikit terjawab.
Asrama haji adalah tempat pertama yang Saya datangi di Bekasi. 5 unit Bis disediakan oleh panitia untuk mengangkut semua rombongan Blogger dari seluruh Nusantara untuk mengikuti acara Amprokan Blogger hari petama yang diberi nama Anjangsana Blogger. Hari pertama ini para Blogger dijadwalkan berkeliling Kota Bekasi, mengunjungi tempat-
tempat yang terkenal dan bersejarah di Kota Patriot ini. Kota Bekasi ternyata turut mempunyai sejarah yang sangat penting untuk perkembangan masyarakat Jawa Barat pada umum. Ini dibuktikan dengan adanya tugu yang sangat bersejarah yaitu tugu Bina Bangsa. Tugu ini seolah menjadi saksi bisu kepatriotan rakyat Bekasi. Selain itu ada sebuah sajak yang sangat terkenal karya Chairil Anwar yang tertulis kusam di Tugu ini betuliskan :
Krawang - Bekasi
Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang-kenanglah kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garsi batas pernyataan dan impian
Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi
Kota Industri dengan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang sangat maju
Setelah mengenang sejarah Kepatriotan Kota Bekasi, bis rombongan kembali menghiasi jalan-jalan di jantung kota, dikawal khusus oleh Kepolisian Bekasi membuat iring-iringan bis Blogger menjadi perhatian masyarakat sekitar yang terlihat menyambut kita dengan senyum ramah khas.
Pabrik Boneka HIKPIB (Himpunan Industri Kecil Pengrajin Boneka) Kota Bekasi. Berdiri pada tanggal 01 Januari 2005, yang beranggotan Home Industri Boneka yang tersebar di berbagai kecamatan di Kota Bekasi. Selain itu juga HIKPIB menampung ±5.000 karyawan yang tersebar kedalam 100 unit usaha home industry. Dengan demikian HIKPIB adalah organisasi yang berbasis UKM terbesar se-Kota Bekasi dan juga terbaik di Provinsi Jawa Barat untuk pendayagunaan Program PPK-IPM. Andai semua kota di Indonesia memiliki seperti UKM yang sekretariatnya berada Jl. Al-Hikmah RT.07.02 Kel.Mustiksari Kec. Mustikajaya – Kota Bekasi ini pasti akan ampuh mengurangi pengangguran yang sudah merajalela di Negeri ini.
Semakin Banyak Sampah, Kota Makin Bersih, Makin Banyak Uang
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang, siapa yang tidak kenal TPA Terbesar di Indonesia ini. Tempat ini bahkan dijadikan tempat deklarasi pasangan Calon Presiden Megawati Soekarno Putri – Prabowo Subianto. Sekarang tempat yang biasa Saya lihat di TV ini berada di depan mata. Bau tidak sedap memang tercium menyengat di area ini. Tapi hal itu tidak menyurutkan kami mengunjungi tempat Pemusnahan Gas Metana dengan pemanfaatan Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) hasil kerjasama Pemerintah Kota Bekasi dan PT Gikoko Kogyo Indonesia dalam Manajemen Persampahan Kota.
Gikoko mengaplikasikan teknologi yang telah terbukti dalam pengumpulan pemusnahan gas metana dari tempat pembuangan akhir sampah. Gas yang tertangkap disalurkan memalui sebuah pipa utama menuju tabung pembakaran (Burning Chamber) lalu dimusnahkan. Sebagian dari gas tersebut digunakan untuk pembangkit listrik yang nantinya digunakan untuk kebutuhan sistem instalasi ini sendiri.
Luar biasa, mungkin ini satu-satunya di Indonesia pemanfaatan TPA menjadi salah satu sumber energi listrik alternatif. Benar juga pernyataan Bapak Wakil Walikota Bekasi yang mengatakan “Semakin Banyak Sampah, Kota Makin Bersih, Makin Banyak Uang”. Pandangan awal Saya tentang Bekasi sebagai kota Sampah yang kotor ternyata salah, Bekasi merupakan kota Sampah yang cerdas dan kreatif.
Kota Jababeka, Miniatur Singapura di Paru-paru Kota Bekasi
Kota Jababeka berdiri tahun 1989. sebuah kawasan seluas 5.600 ha yang berawal dari kawasan industri. Saat ini telah menjelma menjadi sebuah kota mandiri yang terintegrasi, perpaduan kawasan industri, perumahan, komersial dan pendidikan.
Kota Jababeka menaungi tak kurang dari 1.500 perusahaan nasional dan multinasional 50.000 rumah tinggal dan 10.000 pelajar dan mahasiswa. Fasilitas yang telah dibangun didalamnya Jababeka Golf & Country Club, President Executive Club, President University, SMP/SMA Presiden, Sekolah BPK Penabur & Al-Azhar, Jababeka Botanical Gardens, dan masih banyak lagi keunikandari kawasan industri ini.
Perkembangan komersial kota Jababeka saat ini sangat pesat terutama mulai tahun 2005 hingga saat ini. Hal ini terutama ditunjang oleh pertumbuhan pangsa pasar dari industri dan hunian di kawasan Jababeka. Pertumbuhan hunian di kawasan Jababeka dan sekitarnya demikian pesat mencapai 50.000 kepala keluarga saat ini.
President University, Universitas Para Presiden?
Universitas ini adalah jawaban atas keluhan perusahaan besar yang mengeluhkan kemampuan bahasa Inggris para engineer-nya. Di kampus ini semua Mahasiswa-nya wajib menggunakan bahasa Inggris ketika berada di area kampus, jadi tidak ada lagi bahasa Indonesia apalagi bahasa Madura.
Mahasiswa-nya disiapkan untuk memenuhi kebutuhan engineer Perusahaan terkenal yang tersebar di kawasan industri di Bekasi. Sistem pendidikannya memaksa Mahasiswa berkomunikasi dalam bahasa Inggris, mulai dari presentasi dalam bahasa Inggris, maupun dalam belajar Pendidikan Kewarganegaraan, mereka juga menggunakan Bahasa Inggris sebagai komunikasi perkuliahaannya. Mahasiswa tidak hanya dari lokal, ada beberapa yang dari luar negeri kuliah di President University. Semua tenaga pengajar juga di datangkan langsung dari negara mereka masing-masing. Jadi kampus ini bisa dikatakan Full English College, bukan Universitas para Presiden. Kegiatan di kota Jababeka diakhiri dengan merayakan ulang tahun beberapa pohon yang berada di Jababeka Botanical Garden.
Hastag:
Berita