Kami sangat beruntung menaiki perahu ini, karena kami lebih leluasa mengamatai keindahan tempat ini. sebenarnya tidak ada sesuatu yang berbeda. Tapi karena tempat ini jarang dikunjungi, jadinya seperti begitu indah. Ditambah siraman matahari sunset mengguyur perahu dan menjadi pemandangan yang begitu indah. Kamera yang kami bawa begitu lincah mengabadikan momen setiap momen. 5 menit perjalanan perahu sudah menepi ke kawasan Telango, hanya berjalan sepanjang 500 m kami sudah sampai di Pesarean Sayyid Yusuf. Berikut sejarah Sayyid Yusuf yang kami dapatkan dari Riwayat Singkatnya. Dengan hanya membayar Rp2000,- kami sudah bisa membaca sejarah Sayyid Yusuf dari dua kertas fotocopy. Berikut kisahnya:
Pada tahun 1212 H (Th. 1791 M) raja Sumenep Sri Sultan Abdurrahman Pangkutaningrat, beserta rombongan/prajuritnya berangkat dari Keraton Sumenep. Maksudnya akan menyebarluaskan Agama Islam ke Pulau Bali. Setibanya di Pelabuhan Kalianget, karena hari telah sore, maka beliau terpaksa bermalam, di sekitar jam 24.00 Sri Sultan Abdurrahman terkejut karena tiba-tiba melihat sinar/cahaya yang sangat terang, seakan-akan jatuh dari langit ke Bumi di sebelah timur Pelabuhan atau tepatnya di Pulau Poteran desa Telango Kecamatan Telango Kabupaten Sumenep.
Setelah sholat Subuh, Sri Sultan dengan pengikutnya naik perahu menuju pulau tersebut untuk mencari tanda jatuhnya sinar tersebut. Setibanya di pulau Poteran, Sri Sultan masuk hutan lalu mendapatkan tanda yang menyakinkan seakan-akan kuburan baru. Lalu beliau memberi salam dan salam beliau dijawab dengan suara jelas. Namun tidak ada yang menampakkan diri. Selanjutnya Sri Sultan Abdurrahman ingin mengetahui suara tersebut. Maka beliau munajat atau memohon kehadirat Allah SWT, tiba-tiba jatuhlah selembar kertas diharibaannya dan setelah diperhatikan daun tersebut tertulis dengan tulisan Arab Hadza Maulana Sayyid Yusuf Bin Ali Bin Abdullah Alhasani'.
Selanjutnya Sri Sultan Abdurrahman memasang batu nisan dengan diberi nama sebagai mana yang terdapat atau tertulis pada daun tersebut. Setelah melanjutkan perjalanannya. Sebelum berangkat beliau menancapkan tongkat beliau di dekat kuburan atau pesarean Sayyid Yusuf dan tongkat tersebut hidup sampai sekarang menjadi pohon yang besar dan rindang.
Setelah beberapa lama kuburan atau pesarean diberi congkop atau pendoko kecil tetapi hanya kuburan Sayyid Yusuf pindah dari sebelah timur dengan arti tidak menghendaki diberi congkop. Dan sekitar kurang lebih satu tahun, kemudian Sri Sultan Abdurrahman mendatangi lagi kuburan atau pesarean Sayyid Yusuf untuk membangun pendopo di sekitar kuburan tersebut juga termasuk masjid Jami' Kecamatan Telango. Demikian sekadar riwayat singkat Sayyid Yusuf dan dikutip dari sejarah wali-wali di Kabupaten Sumenep, Madura. (Sumber: Riwayat Singkat Sayyid Yusuf)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar