Keberadaan Guru di Mata Orang Madura

[caption id="attachment_3864" align="aligncenter" width="640"]guru mestakung Revalina S Temat saat akting menjadi guru SMPN 1 Sumenep di film Mestakung[/caption]

Di mata orang Madura, keberadaan guru sangat penting. Guru dijadikan sebagai pencerah dan pendidik. Guru dijadikan sebagai orang penting yang mampu mengubah moralitas anak-anak. Kedudukan guru tidak jauh-jauh dari orang penting di dalam masyarakat seperti penguasa, bangsawan hingga orang-orang penting lainnya. Guru bagi orang Madura, seperti orang tua bagi anak-anak. Orang tua yang tidak bisa mendidik anaknya. Biasanya orang tua itu meminta seorang guru untuk mendidik dan menyerahkan anaknya untuk didik dengan benar dan diperlakukan apapun asalkan anaknya bisa menjadi baik.


Keberadaan guru menjadi penting, karena guru selalu memberikan teladan dan mengajarkan kepada masyarakat khususnya anak-anak untuk menjadi pribadi yang baik dan pribadi yang bisa menjadi contoh bagi orang lain. Hal seperti inilah yang selalu menjadi nilai tersendiri, bahwa kehadiran seorang guru itu sangat penting bagi masyarakat Madura.


Mungkin guru seperti apa yang selalu dijadikan teladan di masyarakat Madura?


Guru teladan di Madura adalah guru yang bisa memberi pengaruh terhadap kehidupan masyarakat juga terhadap kehidupan anak-anak yang menjadi muridnya. Entah mereka guru yang ada di sekolah formal ataupun informal. Peran guru selalu dianggap penting dan memang seperti itu seharusnya. Guru harus dijadikan orang terpenting yang memiliki tugas mencerdaskan kehidupan masyarakat dan bangsa.


Ungkapan Bapa' Babbu' Guru Dan Rato yang kalau diartikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi bapak, ibu, guru dan penguasa. Orang Madura tetap memomosikan guru sebagai orang penting dibandingkan penguasa. Bahkan, masyarakat Madura meskipun berpisah dengan guru, ketika ada hari-hari besar mereka harus berkunjung ke rumah guru, dan menyelami tangannya sebagai tanda rasa hormat dan menghormati orang yang telah mengajarkan banyak ilmu kepada dirinya.


Sebagian orang Madura, meskipun sudah lulus strata 2 ataupun yang tinggi lagi. Mereka harus tetap mengingat guru, terutama guru yang mengajarkan ilmu-ilmu agama, yang kadang disebut guru alif-ba? tsa? yaitu guru yang mengajarkan tata cara membaca al-quran. Guru ini meskipun sudah meninggal, sang murid karena rasa hormatnya harus mengujungi tempat peristirahatan terakhir dan mendokan keselamat sang guru dengan membaca al-fatihah maupun surat yaasin. Guru bagi si murid adalah pelita yang bisa memberikan pencerahan bahkan mengingat guru seolah akan membuat si murid tidak enak malakukan tindakan kejahatan.


Sebagaimana diungkapkan oleh Dardiri Zubairi, seorang penulis dari Madura dalam bukunya Rahasia Perempuan Madura (2013) bahwa begitu hormatnya kepada guru, orang Madura bahkan sering membawa serta anaknya nyabis kepada gurunya. Saya pernah punya pengalaman yang membuat almarhum ayah saya begitu terluka. Ketika saya diajak sowan ke guru ayah, saya menolak. Pasalnya, saya tidak pernah berguru kepada beliau. Wajah almarhum ayah langsung merah padam. Beliau marah besar. Saya dianggap sebagai mahasiswa ketika itu sudah semester sepuluh yang tidak tahu adeb.


Keberadaan guru di Madura, tak ubahnya seorang pendidik yang selalu dirindukan oleh orang tua yang anak-anaknya berperilaku kurang baik, lalu karena peran guru itu, kemudian si anak bisa berbudi luhur, taat kepada orang tua dan jadi anak yang bisa dibanggakan keluarga. Meskipun saat ini, guru sudah seringkali lebih mementingkan kepentingan pribadi ketimbang urusan mendidik siswa yang merupakan tugasnya sebagai seorang guru. Orang Madura tetap memandang bahwa guru, terutama guru yang mampu mendidik anaknya dalam ilmu agama, merupakan guru yang senantiasa dimuliakan dan diberi penghormatan layaknya orang jepang menundukkan diri, ketika orang itu bertemu dengan guru-guru yang pernah mengajarkan mereka.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama