Ta'jil, Indahnya Berbagi Di Bulan Ramadhan

cover buku ta'jil


Maka, ta'jil merupakan aktivitas yang memberikan kita arti bahwa hidangan sederhana, tetapi bisa menambah nilai-nilai yang menguatkan rohani kita harus segera dilakukan, agar iman dan ketaqwaan kita kian bertambah.


Hidangan ta'jil saat ini, saya rasakan ketika membaca buku berjudul ta'jil yang ditulis oleh Ach. Nurcholis Majid. Penulis buku tersebut dengan lihai memaparkan banyak hal terkait kehidupan manusia dan pernak-pernik yang harus dilakukan agar mereka menemukan pintu hidayah yang mungkin tertutup dalam kehidupan mereka dan kita bisa mendapatkannya kembali dengan memahami beberapa pesan yang disampaikan dalam buku ini.


Dengan 29 tulisan dalam buku ini, penulis buku ini menguraikan satu persatu sebagai hidangan berbentuk ulasan dari berbagai sumber mengenai kisah-kisah dan hidangan ayat suci al-quran yang dipadukan dengan tawaran ide-ide cerdas dari penulisnya sendiri. Dan sepertinya, pembaca perlu menikmatinya juga di saat-saat menghadapi kegiatan berpuasa di bulan Ramadhan kali ini. Penulis ini cukup lihai menuliskan kalimat demi kalimat yang enak dibaca, mudah dipahami tetapi memiliki bobot dan muatan kalimat yang penuh hikmah dan pesan kebijakan.


Pada pembukaan tulisan ini, penulis buku tersebut yang merupakan alumni dari Pondok Pesantren Al-Amin Prenduan Sumenep, Madura dan pernah menikmati pendidikan pascasarjana di The Institute For Islamic Studies Cairo, Mesir ini menyampaikan kaitan memulai segala sesuatu dengan pembacaan bismillah disertai niat yang baik dan sungguh-sungguh untuk meraih apa yang kita cari, dan kita impikan. Agar hasilnya membawa pesan kebaikan dan keberkahan.


Pada pembukaan bukunya, Ach. Nurcholis Majid mengajak pembaca untuk mengawali segala perbuatan dengan membaca bismillah, mengingat segala perbuatan hanya untuk Allah, tempat segala muara kembalinya segala perbuatan yang akan dilakukan dan mungkin sudah dikerjakan oleh manusia.


Dengan membaca bismillah, penulis menekankan arti sebuah niat dalam hati. Sebuah niat yang bertujuan untuk menebar kebaikan dan berbagi keindahannya kepada orang lain. Dengan diawali bismillah, maka niat baik seharusnya turut mewarnai manusia, sebab niat adalah wujud ?dan asal muasal dari sebuah perbuatan.


Penulis dengan lihai menggambarkan niat dengan kisah sebagai berikut : ?ada banyak orang pergi ke pasar. Ada yang membeli sayur di pojokan tepat sebelah tokoh kain. Ada yang membeli ikan, ada yang sekadar jalan-jalan menghirup angin pasar, sementara ada juga yang berjualan dengan jujur. Mereka berjalan dengan tujuan yang sama, tempat yang sama. Tetapi, ketika sampai di sebuah pasar, barangkali kesamaan itu berubah menjadi perbedaan-perbedaan yang beragam. Seperti cahaya yang pendarnya berbeda-beda.


Kelak, mereka yang sampai ke pasar dengan tujuan membeli sayur, akan kembali dengan membawa sayur segar. Mereka yang berjalan dengan niatan membeli ikan, akan kembali dengan ikan-ikan. Termasuk juga mereka yang berniatan pergi ke pasar untuk sekadar jalan-jalan, akan kembali pulang dengan sedemikian banyak cerita tentang kondisi pasar yang ditangkap indra penghilatannya hingga matahari menepi. (hal, 2)


Apa yang disampaikan oleh Ach. Nurcholis Majid di atas sangat efektif untuk memberikan gambaran tentang pentingnya niat dalam setiap perbuatan. Perbuatan baik tapi dilalui dengan niat yang buruk, maka pahalanya juga berupa keburukan dan kita akan kehilangan kesegaran rohani akibat perbuatan tersebut. Niat adalah permulaan untuk melihat hasil entah baik dan buruknya perbuatan yang dilakukan manusia.


Salah satu tawaran berikutnya, Ach. Nurcholis Majid menulis lagi berjudul "memberi" kepada orang lain. Tulisan ini mengajak kita, untuk meresapi arti memberi dan dampaknya bagi orang lain.


Lelaki yang pernah memenangkan kompetisi menulis esai yang diadakan oleh Tempot Institute ini menuliskan seperti ini, "Berfikirlah untuk memberi. Bukan karena engkau akan diberi kedudukan yang tinggi, tetapi memberilah karena kita memiliki tanggung jawab dari lebihnya rezeki untuk menyebarkan kebahagiaan. Setidaknya, menjadi nabi bagi diri sendiri dan malaikat bagi orang lain. (hal, 81)


Dengan semangat memberi apalagi di bulan Ramadhan, maka kita bukan hanya meraih berlipat ganda pahala, tetapi kita juga menjadi malaikat dan pahlawan bagi orang lain yang benar-benar membutuhkannya. Lihatlah senyum orang-orang yang menderita lalu kita bantu mereka dengan sedikit banyak pemberian dari sedikit banyak rejeki yang dilimpah ruahkan tuhan kepada kita. Maka, kita akan melihat senyum mereka yang beraroma surga.


Dari 29 tulisan dalam buku ini, yang memberikan uraian segala hal yang bisa memberikan nilai-nilai kebaikan bagi orang lain kemudian penulis buku ta'jil ini mengakhiri tulisannya dengan judul "idul fitri" yang merupakan puncak untuk merayakan kemenangan dari segala pertarungan hebat di bulan Ramadhan dan saatnya kita kembali ke dalam fitrah kita sebagai seorang manusia yang diberikan ampunan ketika kita menjalani rutinitas ibadah dengan kesungguhan dan niat yang baik.


Maka, hidangan yang disampaikan oleh Ach. Nurcholis Majid dalam bukunya ini benar-benar memberikan penjelasan tentang aktivitas kebaikan dan manfaatnya bagi orang lain. Dengan demikian, maka tak ada salahnya kita mengambil ide-ide brilian yang disampaikan oleh penulis buku ini, dan kita terapkan untuk kehidupan sehari-hari kita. Mari segerakan kita membaca dan menikmati suguhan pesan-pesan bijak dalam buku ini. (*)


Fendi, blogger, hobi menulis esai, penyuka puisi dan fotografi. Anggota komunitas Bloggger Plat-M, Madura. boleh berbagi di Twitter @ahmadfendi1


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama