Pentol Cinta, Bukan Pentol Biasa

[caption id="attachment_4695" align="alignleft" width="576"]Pentol Cinta Pentol Cinta. (Foto: Fahrur Rozi)[/caption]

Kalau kebetulan Anda berada di Kota Sumenep, Jawa Timur, cobalah sempatkan datang ke Desa Poja, Manding, Sumenep. Jaraknya sekitar 7 km ke arah timur. Kalau Anda bingung, tanyakan kepada orang di sana, di manakah tempat penjual Pentol Cinta. Orang yang Anda tanya akan menunjuk sebuah bangunan mirip arsitektur terminal. Tapi itu bukan terminal, melainkan tempat menikmati pentol.

Ya, Pentol Cinta namanya. Ia sudah cukup dikenal masyarakat Sumenep, setidaknya setahun terakhir ini. Lalu lalang orang bergantian membeli pentol yang awalnya diberi nama Pentol Mas Poja itu. Karena banyaknya pembeli, terkadang orang harus mengantri untuk menikmatinya. Tak hanya anak-anak muda, orang tua pun ikut kepincut dengan makanan ini.

Pentol Cinta memang kesohor. Apa keistimewaannya? Dilihat dari sisi bahan dasarnya, tampaknya ia tak jauh beda dengan pentol-pentol pada umunya. Ia dibikin dari tepung terigu dan tapioka dicampur dengan bumbu dan dilapisi tahu. Yang membuatnya istimewa adalah rasanya. Pentol Cinta memiliki rasa yang berbeda. Boleh jadi, itu merupakan hasil dari racikan bumbunya. Sebagaimana kaidah umum dalam kuliner, bahan boleh sama, tapi tiap tangan menghasilkan rasa yang berbeda. Itulah yang ada pada Pentol Cinta.

Karena keistimewaan inilah, Pentol Cinta memiliki banyak peminat. Mereka datang dari berbagai tempat. Tak ayal, bisnis yang dimiliki oleh Bu Maski ini dapat meraup untung Rp. 10 juta hingga Rp. 15 juta per hari. Sebuah angka yang fantastis untuk ukuran bisnis pentol. Di Madura, tampaknya belum ada bisnis pentol yang mengalahkannnya.

Bisnis ini membawa untung juga bagi orang-orang di sekitarnya. Sebab, Bu Maski tidak hanya bekerja sendiri. Ia mempekerjakan sejumlah orang dengan gaji sekitar Rp. 50.000 per hari. Angka tersebut terbilang besar untuk ukuran orang-orang di desa.

Awalnya, tempat menikmati pentol hanya memanfaatkan halaman rumah Bu Maski yang agak sempit. Tempat tersebut diberi atap dan di bawahnya ada lincak. Namun, karena tidak lagi dapat menampung pembeli, akhirnya dibuatlah tempat yang lebih luas. Tempat yang didesain mirip terminal tersebut berada di sebelah utara rumah Bu Maski.

Di tempat tersebut, selalu ramai orang-orang bergerombol. Satu talam berisi pentol dinikmati oleh beberapa orang. Begitulah cara penyajian di sana. Pentol diletakkan di atas talam. Dan orang boleh menikmati bersama-sama atau sendirian. Tapi, tentu saja yang paling romantis adalah dinikmati berdua dengan orang tercinta. :)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama