Anggapan Salah Tentang Madura

anggapan salah tentang madura plat-m
Banyak stereotype berkembang di masyarakat tentang Madura. Padahal Madura yang sebenarnya adalah...

Madura itu Gersang

Madura punya beberapa kawasan hijau. Di Bangkalan ada bukit Geger dan di Pamekasan ada kecamatan Waru. Jika berwisata ke dua tempat tersebut, kita akan merasakan hal yang berbeda, banyak pepohonan rimbun, dan deretan sawah yang menghijau. Udaranya pun lebih sejuk, semilir angin dataran tinggi menyapa siapa saja yang berkunjung. Jadi tidak benar kalau semua kawasan di Madura itu gersang.

Madura itu Carok

Orang yang beranggapan bahwa Madura itu identik dengan carok perlu ditanyakan, apakah ia sudah tahu betul tentang Madura. Sebab kenyataannya carok hanya bagian kecil dari kehidupan masyarakat Madura. Tidak bisa digeneralisasi seperti itu. Carok hanya dilakukan jika ada hubungannya dengan wanita. Carok biasa terjadi jika ada kasus perselingkuhan istri. Bukan ajang membunuh frontal yang tidak jelas asal muasal sebabnya. Carok itu identitas masyarakat Madura untuk mempertahankan harga diri seorang laki-laki dan keluarga besarnya. Di masing-masing daerah punya pola kekerasannya masing-masing. Hanya kalangan tertentu yang melakukan carok. Jika hanya dua dari 10 orang Madura yang melakukan carok, maka menyebut Madura sebagai etnis yang barbar adalah asumsi yang tidak tepat.

Madura itu Berwatak Keras

Sepertinya halnya carok, ada juga persepsi bahwa orang Madura berwatak keras. Sebenarnya bukan watak mereka yang keras tapi logat bicaranya. Mirip dengan cara berbicara orang Batak yang meledak-ledak. Ada penekanan di beberapa kata, sehingga anggapan orang terlihat keras. Meski sebenarnya tidak semua Madura seperti itu. Jika tidak percaya, datanglah ke Sumenep, cara berkomunikasi warga Sumenep hampir mirip dengan masyarakat dari Solo. Pelan dan begitu halus, pengaruh kerajaan di masa lalu Sumenep masih begitu terasa hingga saat ini. Coba lihat orang Madura yang berada di tanah rantau, mereka akan lebih kuat persaudaraannya, dan orang Madura biasa menghormati kebiasaan warga setempat. Orang Madura memang keras, tetapi watak mereka baik hati. Percayalah.

Madura itu Wilayahnya Kotor

Jika masih ada yang mengatakan Madura itu wilayahnya kotor dan jorok, mungkin mereka belum pernah melihat keindahan Madura. Hingga sekarang, sudah banyak obyek wisata yang bermunculan. Kebersihan dan keindahan mereka sudah menarik perhatian wisatawan untuk melirik Madura sebagai destinasi wisatanya. Pelan tapi pasti, Madura akan menarik perhatian wisatawan lokal bahkan dari mancanegara.

Banyak Begal

Selain itu, tidak hanya carok, Madura selalu indentik dengan yang namanya kekerasan. Banyak yang beranggapan di Madura itu banyak terjadi aksi begal. Aksi begal merupakan tindak kekerasan dan kejahatan dengan mengambil paksa suatu barang milik korban dan kadang juga disertai oleh kekerasan. Lebih sering terjadi pada sepeda motor. Madura bukan hanya tentang begal, karena hal ini terjadi dimanapun. Karena kejahatan bisa terjadi bagi siapa saja dan dimana saja. Tak bisa dengan sederhana mengatakan Madura banyak begal jika hanya terjadi sekali dalam sebulan. Karena Polisi di keempat kabupaten di Madura akan bekerja keras memberantas. Jangan mudah mengeneralisasi. Madura masih ramah bagi semua orang.

Madura itu Pulau yang Panas

Begal dan carok bukan satu-satunya hal negatif melekat bagi orang Madura. Banyak yang mengatakan Madura adalah daerahnya panas dan gersang. Anggapan ini sukses membuat orang takut dan enggan untuk berkunjung ke pulau ini. Padahal tidak semua daerah di Madura itu gersang dan panas. Datanglah ke daerah Pasongsongan di Sumenep, Anda akan disambut hutan pohon kelapa yang menjulang. Daunnya melambai-lambai seolah menyambut kedatangan Anda. Jadi, kapan piknik ke Madura?

Masyarakatnya Tidak Berpendidikan

Ada lagi anggapan jika masyarakat Madura itu tidak berpendidikan. Hal ini tidak sepenuhnya benar. Hal ini dibuktikan banyaknya sekolah dan kampus-kampus yang berdiri di pulau garam ini. Siswa-siswa di Madura juga tidak sedikit yang beprestasi. Tak terhitung, siswa di Pamekasan yang menjuarai olimpiade internasional. Salah satu kisah siswa asal Sumenep yang pernah dijadikan film dengan judul MESTAKUNG. Pun tak sedikit tokoh dari Madura yang berkiprah di kancah nasional seperti Zawawi Imron, Mahfud MD, Imam Nahrawi, Aqsanul Qosasi, dan banyak yang lainnya. Selain itu mayoritas masyarakat di pelosok Madura lebih memilih menuntut ilmu di pondok pesantren. Mereka memperdalam ilmu agama Islam dan mempraktekkan di kehidupan sehari-hari. Jadi sangatlah tidak tepat jika dibilang Madura tidak berpendidikan.

Madura Minim Tempat Wisata

Madura juga terkadang disebut minim tempat wisata, entah itu wisata alam ataupun wisata buatan. Pandangan anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Memang jika berbicara tentang wisata buatan, Madura memang masih kalah dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia. Namun jangan lupakan, Madura juga memiliki banyak tempat wisata khususnya Madura bagian Timur. Lihat saja Gili Labak, Gili Iyang, Pantai Lombang, Api Tak Kunjung Padam, dan lain sebagainya. Suatu saat nanti, Madura bisa menjadi destinasi alternatif di Indonesia selain Bali.

Kuliner Madura Hanya Bebek

Kuliner di Madura tak hanya tentang bebek. Memang, deretan penjual bebek di Jalan Raya Ketengan menggaung seantero negeri. Padahal sebenarnya, bukan itu kuliner khas dan asli Madura. Di Bangkalan, ada kuliner khas bernama nasi Serpang yang hanya tersedia di pagi hari. Nasi Kobel di Sampang yang baru bisa dibeli setelah waktu Ashar. Nasi Jejjen adalah kuliner tersembunyi yang ada di Pamekasan. Apalagi di Sumenep, banyak kuliner khas seperti nasi campor, kaldu kokot, dan gettas yang manis. Bagaimana dengan soto dan sate Madura, tidak banyak yang menjual dua makanan tersebut di Madura, tetapi telah menjadi identitas pulau garam. Hampir di semua kota di Indonesia ada penjual sate dan soto Madura. Sekarang, masih percaya anggapan kuliner Madura itu bebek?

Madura Tidak Aman

Anggapan terakhir yang sering terlontar tentang Madura adalah: Madura tidak aman. Sepertinya anggapan ini menjadi sangat personal. Tetapi, melihat dari kondisi yang ada saat ini, Madura memang belum benar-benar mampu menjaga keamanannya sendiri. Sebagai sebuah kritik, Madura belum memiliki rasa peka terhadap keamanan. Untuk menjamin keamanan lingkungan Madura harus bergerak mulai dari sekarang, tidak ada kata nanti untuk keamanan lingkungan ini. Setiap individu yang membentuk Madura saat ini harus digerakkan untuk meningkatkan keamanan, agar nantinya tercipta Madura yang aman dan tenteram. Hal yang mutlak diperlukan untuk menjadi destinasi wisata di masa depan.

Peran petugas keamanan di keempat Kabupaten juga sangat berpengaruh terhadap citra Madura. Mereka bekerja sama dengan masyarakat Madura untuk menciptakan Madura yang kondusif, aman dan sejahtera. Tidak mudah memang untuk menghadirkan keamanan apa lagi menjaga, tetapi Madura harus menghadirkan keamanan tersebut untuk semuanya. Sekali lagi: harus!

Itulah stereotype negatif dan anggapan yang salah tentang Madura. Mereka yang suka beranggapan seperti di atas, terlalu mengeneralisasi. Padahal sebenarnya, Madura itu masih nyaman untuk dikunjungi. Madura masih menyimpan sejuta pesona yang tersembunyi. Madura masih punya banyak kuliner yang lezat. Madura punya budaya yang unik, tradisi yang tiada duanya, dan yang paling penting, Madura punya warga yang akan ramah dan tersenyum ke setiap pengunjungnya. Jangan takut, ayo ke Madura!

 

*Catatan: tulisan ini adalah karya bersama yang dilakukan melalui media WhatsApp, berikut penulis artikel ini: Alam, Fahrur Rozi, Santhi, Sayadi, Agung Firdausi, Agung Sutrisno, Zamroni, Aldiansyah dan Dendi.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama