Menikmati Sensasi Bahasa Madura

OTEMA 3 - Menenun Bahasa Madura Plat-MSEKITAR dua puluh empat anggota komunitas blogger Plat-M duduk lesehan menikmati kegiatan sharing seputar bahasa Madura. Kegiatan diskusi lesehan ini merupakan agenda Plat-M untuk mengajak anak muda mengenal Madura lebih dekat lagi. (24/5).


Bertema “Menenun Bahasa Madura”, kegiatan Obrolan tentang Madura (OTEMA) episode 3 ini dihadiri oleh Adrian pawitra dan Firdaus Solihin.


Selama diskusi berlangsung, para peserta terlihat begitu antusias bertanya. Mereka tidak segan bertanya tentang apa saja mengenai Madura. Pertanyaan-pertanyaan mereka mencerminkan rasa ingin tahu tentang keunggulan bahasa Madura.



Adrian Pawitra, penyusun kamus Bahasa Madura-Indonesia tersebut menjawab beberapa pertanyaan dari peserta dengan harapan agar generasi muda Madura semakin bangga akan bahasa daerahnya sendiri.


 “Kalau bukan generasi muda Madura, siapa lagi yang akan bangga kepada bahasa Madura. Bahasa Madura akan punah jika penutur lokalnya sendiri tidak bangga dan enggan menggunakan bahasa Madura,” tegas Adrian.



Selama kurang lebih dua jam, para peserta menikmati kegiatan sharing diskusi ini dengan berbagai penjelasan menarik dari pemateri.


Firdaus Sholihin, pakar IT sekaligus penggagas kamus digital bahasa Madura di situs web Madura.web.id tidak kalah bersemangatnya, menjelaskan tentang manfaat menggunakan kamus digital untuk menjembatani masyarakat mengenal bahasa Madura melalui internet.


Adrian juga mewanti-wanti agar anak-anak muda Madura terbiasa menggunakan bahasa Madura secara benar. “Kamus ini dibuat agar dimanfaatkan oleh masyarakat Madura tentang cara menulis bahasa Madura yang benar sesuai dengan ejaan bahasa Madura,” ungkapnya.


Beberapa peserta mengajukan pertanyaan demi pertanyaan, misalnya pertanyaan tentang perbedaan dialek di masing-masing kabupaten yang ada di Madura.


Vicky, salah satu penanya mengungkapkan, misalnya, “Jika di sumenep, kalau menyebut kata Anda, bisa disebut dengan kata, bhe’na. Tapi kalau di Pamekasan dan sampang bisa dengan kata bhe’en, tetapi ketika masuk ke Bangkalan kok berubah menjadi kata “kakeh”, ungkap Vicky disambut tawa oleh para peserta.


Beberapa peserta pun tidak segan-segan bertanya seputar bahasa Madura.


Diawal materi, Nurwahyu Alamsyah, sebagai moderator dalam diskusi lesehan ini mengungkapkan bahwa bahasa Madura memiliki banyak nilai filosofis dan itu mencerminkan pribadi si penutur bahasa tersebut. Sehingga inilah bahasa Madura. Selalu kaya dengan makna dan filosofi.


Dengan mengikuti kegiatan obrolan tentang Madura ini, para peserta diajak untuk mengenal dan menjadi bangga akan bahasa Madura.


“Jika bukan anda. Siapa lagi yang akan mencintai bahasa Madura,” kata Adrian dengan antusias.


Pengarang lagu Kacong Tor Jhebbing” ini berharap anak-anak muda Madura semakin lebih giat membumikan percakapan bahasa Madura. dengan menggunakan bahasa Madura, berarti semangat menghidupkan bahasa Madura sehingga keluar dari kepunahan pun akan dengan mudah terpelihara dengan baik.


Diskusi ini pun menghadirkan beberapa sensasi menarik tentang bahasa Madura. Ternyata bahasa Madura tidak sekadar sebuah bahasa percakapan saja. Melainkan di dalamnya, terdapat banyak makna yang mencerminkan sikap dan karakter orang Madura.




Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama