[caption id="attachment_5352" align="aligncenter" width="587"] Ilustrasi[/caption]
Alkisah di sebuah kampung, tinggallah seorang pemuda yang bernama Maysarak alias Ke Mosadhek. Pekerjaan sehari-harinya adalah bercocok tanam dan bertenak sapi. Di suatu pagi, di dekat dia mencabit rumput, secara tidak sengaja melihat burung-burung bermain riang di bawah pohon nyamplong dan beringin. Setelah burung-burung itu terbang, seluruh badannya basah kuyup kejadian itu berulang sampai beberapa hari.
“Kenapa ya, burung-burung itu senang bermain di bawah pohon nyamplong. Oh, ternyata ada genangan air. Mungkin sisa air hujan. Lho kok makin lama tambah banyak burung di bawah pohon nyamplong ini. Padahal di atas pohon nyamplong tidak ada sarang burung dan genangan air tambah banyak. Benar-benar aneh.”
Maysarak pun menggali tanah yang digenangi air tersebut dengan sebilah bambu. Semakin lama, airnya tambah banyak dan hampir membuat seluruh tanah Maysarak tergenang air.
“Loh airnya kok tambah banyak. Jika seperti ini, saya harus memanggil warga kampung untuk menggali pakai cangkul.”
Maysarak memanggil orang-orang kampung untuk menggali tanah tersebut. Semua orang kampung bergotong-royong menggali tanah tersebut. Tiba-tiba terdengar suara pemuda berteriak.
“Somberre leddhu’…” (sumbernya meledaak!)
“Somberre leddhu’…” (sumbernya meledaak!)
“Bagaimana ini? Kalau dibiarkan maka seluruh kampung akan tenggelam”
“Terus bagaimana cara menghentikannya?” Kata salah satu pemuda yang hadir.
“Bagaimana kalau minta pendapat sesepuh kampung?” Sahut Maysarak.
“Ya benar!” Kata seluruh pemuda
Datanglah sesepuh bersama orang-orang kampung.
[caption id="attachment_5359" align="aligncenter" width="576"] Somber Kacceng sering dibuat anak-anak desa Sema'an untuk berenang[/caption]
“Alhamdulillah. Ini adalah rahmat dari Allah. Tetapi memang ini akan menjadi bencana amarge somberre leddhu’ deddhi kodhu ekeni’e (karena sumbernya meledak, jadi harus disumbat), untuk itu saya mengadakan sayembara, barang siapa yang dapat memperkecil aliran air di sumber ini dia akan mendapatkan hadiah sabhe salaggu, sape sapasang, odong-odong, (sepetak sawah, sepasang sapi dan odong-odong) serta menggantikan saya sebagai sesepuh dan boleh memilih salah satu gadis di kampung ini untuk dinikahi. Sayembara ini akan dilaksanakan besok. Sebaiknya kita kembali ke rumah kita masing-masing”.
Semua orang pulang ke rumahnya masing-masing. Hanya tinggal Radiye dan sahabatnya.
“Siapa ya pemuda yang pakai odheng itu?” Kata Radiye, salah satu kembang desa di kampung tersebut.
“Memangnya kenapa Radiye” kata sahabatnya.
“Pasti pekerjaannya seorang petani” Kata Sadiye.
“Kok kamu tahu” kata sahabatnya kembali.
“Karena da telah menanam benih-benih cinta di ladang hatiku”.
Keesokan harinya berkumpulah seluruh penduduk kampung untuk menyaksikan dan mengikuti sayembara itu.
“Tadi malam saya bermimpi, aliran air ini akan kecil jika ditutup dengan batu gong yang ada di samping sumber tersebut. Untuk itu silahkan siapa yang ingin mencobanya”
“Hahahahaha… yang lain tidak usah ikut campur. Karena saya yakin bisa melakukannya. Hahahahaha…” Kata Sadrun, seorang saudagar kaya yang sombong.
“Apa keahlianmu kisanak?”
“Saya saudagar kaya dengan sekali tunjuk saja seluruh anak buahku akan memindahkan bato gong itu”
“Hai seluruh anak buahku, pindahkanlah batu tersebut untuk menutup sumber air. Hahahahaha”
Karena batu itu sangat berat, seluruh anak buah Sadrun tidak dapat memidahkan batu tersebut.
“Ternyata tidak selamanya, harta bisa diandalkan. Silahkan siapa yang akan mencobanya lagi”
“Saya akan mencobanya”
“Apa keahlianmu kisanak”
“Keahlian saya adalah mengumandangkan adzan”
“Lakukan kisanak”
Maysarak pun berhasil memindahkan batu tersebut.
“Amarge somber paneka ampon lastare ekanceng maka somber panika eparengi nyama Somber Kacceng (karena sumber ini sudah dikunci, maka sumber ini diberi nama Sumber Kacceng), dan kamu berhak mendapatkan hadiah yang saya janjikan”
“Maafkan saya sesepuh. Saya ikhlas melakukannya untuk seluruh penduduk kampung tetapi izinkan saya untuk memilih gadis di kampung ini untuk dijadikan pendamping hidup saya”
“Sungguh mulia akhlakmu kisanak. Silahkan siapa gadis yang kamu pilih?”
“Saya memilih Radiye untuk menjadi pendamping hidup saya”
Sejak saat itu Radiye menikah dengan Maysarak. Letak Somber Kacceng berada tepat di sebelah timur daya SDN Sema’an 1. Sebuah kisah nyata dari desa Sema’an, kecamatan Dasuk, kabupaten Sumenep.
Oleh: Andilala, S.Pd.SD
Ditulis berdasarkan keterangan Nyi Mihma dan K. Mosadek